Monday, January 12, 2009

TETAP TAK MAMPU BERUBAH

Bandung, Januari 2009

Awal tahun... hem, rasanya tak ada yang istimewa yang ku lalui di tahun kemarin, pun di tahun ini. Dimana semua orang merencanakan ataupun memproklamirkan resolusi dirinya di tahun ini, tidak demikian dengan diriku. Semua berjalan seperti biasanya, lambat, bahkan sangat lamban. Aku tak mampu berkejaran dengan waktu yang semakin meninggalkanku dalam lubang keterpurukan diri yang ku gali sendiri. Aku tetap tak mau keluar dari lubang yang semakin dalam ini.

Lelah rasanya menunggu sepasang tangan yang terulur untuk menolongku keluar dari lubang ini. Semakin aku berharap, rasanya semakin sia-sia asa yang ku pupuk setiap harinya. Semakin tak kunjung tiba sebuah keajaiban itu. Dan aku semakin merasa lelah, bahkan hanya untuk menggerakkan kakiku agar merangkak naik melewati dasar lubang ini. Rasanya entah sudah berapa masa yang ku lewati untuk tetap berdiam di dalam lubang duka dan dilema hasil ciptaanku sendiri. Lubang yang kuharapkan dapat lebih mengenali diriku sendiri yang berteman dengan semua duka ini. Namun aku jadi semakin larut menikmati ketidakberdayaan ini. Aku semakin dimanjakan oleh rasa sakit dan penat ini, hingga tak adalagi tenaga yang tersisa untuk melawan semua kemalasan dan kepenatan ini. Mencoba pasrah, tapi rasanya lebih tepat kalau disebut menyerah sebelum berperang mati-matian.

Tahun terus berganti, musim pun sudah beberapa kali ku lewati, namun aku masih tetap terpaku di sini. Tak ada sedikitpun rencana apalagi deklarasi resolusi untuk memperbaiki diri. semua kuserahkan pada waktu, angin, dan matahari, yang mungkin masih berkenan menemani ketidak pastianku ini. Orang-orang pun semakin berlari, tapi aku hanya tetap menatapi jejak-jejak langkah yang mereka tinggalkan tadi. Menciumi harum semangat yang berkobar-kobar, tanpa sedikitpun menghinggapi rongga paru-paru agar sedikit mempengaruhi kecepatan langkah kakiku. Tetap hanya terpaku.

Lelah, sekalilagi benar-benar lelah. Menanti diri ini berubah dan benar-benar terobati. Menanti sepasang tangan yang akan terulur mengangkatku pergi dari lubang "PECUNDANG" ini. Aku masih menanti, mungkin untuk waktu yang akan lama, sampai aku sendiri benar-benar dapat menyadari kalau "HIDUP HANYA HARI INI, BUKAN BESOK ATAU NANTI".

"UNTUK SEBUAH ASA TANPA TITIK NADIR dalam JIWA HAMPA PENUH DOSA"

No comments: