Wednesday, November 11, 2009

AKU Hidup (TIDAK) Hanya Untuk Mengenang MU

"Tak kan pernah habis... air mataku...bila ku ingat tentang dirimu...
Mungkin hanya kau yg tau...mengapa sampai saat ini...ku masih sendiri...
Adakah di sana...kau rindu padaku...meski kita kini ada di dunia berbeda...
bila masih mungkin, waktu ku putar..kan ku tunggu dirimu.."

NOVEMBER...
bulan ini akan selamanya menjadi bulan yg kan mengingatkan ku akan alfanya dirimu,
senyuman itu... semangat itu... dan semua kenangan -yg hanya sebentar- kurasakan bersama-samamu

waktu yg amat singkat itu akan terus menjadi cambuk bagi diriku yg telah bodoh menelantarkan waktu
kebersamaan itu terasa bagaikan dahaga... dan mimpi untuk mengulang kembali semua seperti fatamorgana di tengah gurun dan kedahagaan ini

NOVEMBER...
air mata ini tak menetes ketika mengetahui kau telah pergi meninggalkanku
bukan karena ku tak sedih kehilangan dirimu
tapi karena ku merasa kau masih selalu di sampingku
aku tak ingin menangisimu... karena air mata ini tak akan mengubah kebodohanku

tapi entah mengapa...rasanya bendungan air di mataku akan segera runtuh...
rasanya tak sanggup lagi menampung lautan air di dalamnya
hatiku menjadi batu yg selalu menguatkan bendungan itu pun seolah lapuk termakan waktu
waktu yg kuhabiskan tanpa ada kamu

bukan aku menyalahkan keadaan dan takdir dari sang kuasa atas dirimu
tapi sesal yg kurasa hanya sebagai ganjaran yg HARUS ku terima...
UNTUK ITU
UNTUK SEMUA ITU
AGAR suatu saat nanti... AKU HIDUP (TIDAK) HANYA UNTUK MENGENANGMU

Sunday, October 11, 2009

Tiada lagi tangis untuk mu

air mata ini sudah task ku persembahkan lagi untukmu... karena sejak saat ini, malam ini, ku putuskan, bahwa kau bukan alasan ku lagi untuk meneteskan air mata ini... kau tak sebanding dengan kesedihan ini, kau tak sebanding dengan air mata ini. krena aku terlalu berharga untuk kau miliki...

Tuhan saja masih sayang pada ku, memberikan petunjuknya, membuka mataku, hingga ku terlepas dari jerat rayu manismu...

air mata ini tak akan ku berikan lagi untukmu... kuputuskan bahwa : Tiada lagi tangisan untuk mu... jangan kau ganggu lagi aku, karena kini aku telah tau siapa dirimu...

semoga kau bahagia memainkan perananmu saat ini...
semoga kau senang dengan semua yang telah kau rancang untukku... walau ku yakini bahwa itu semua bukanlah hanya untuk membalaskan sakit hati yang pernah ku lakukan, dan itu pun aku tak berarti

Saturday, April 25, 2009

"apa lagi yang kau harapkan dariku tuhan?"

Bernafas.. itulah satu-satunya alasan mengapa aku masih tetap hidup di bumi ini. Entah mengapa aku tak mampu melakukan yang lainnya, bahkan untuk berfikirpun aku tak mampu lagi. Rasanya kekuatanku hilang begitu saja, mendengarkan perkataan orang lain hanya sebuah pekerjaan yang sia-sia buatku. tak menghiraukan apapun pendapat orang lain, yang ku tau hanyalah "aku masih hidup" sampai detik ini.

tuhan, aku bertanya padamu, apalagi yang kau harapkan dariku?
sedang semua kewajibanku tak satu pun ku lakukan...
semua jani-jani padamu hanya sebuah pemanis bibir saja
sedangkan kau masih saja berbaik hati memberikanku kehidupan., walau tak sepenuhnya pernah kusyukuri
mungkin setelah mati pun aku tak tahu harus kemana...
jika kesempatan masih dibukakan untukku, aku ingin merubah diriku menjadi hambamu yang penuh rasa syukur untuk semua detik yang kau berikan padaku...

Namun, aku bertanya kali ini ya.. kali ini untuk terakhirkalinya...
apalagi yang kau harapkan dariku tuhan???

dengan semuan kesedihan yang kau hadiahkan padaku, dan semua keputus asaan yang kau bumbui sebagai penyedap dalam hidupku.

Tuhan aku tak pernah menyalahkanmu...
aku hanya bertanya... inilah pertanyaan terakhirku untuk mu...

Wednesday, January 21, 2009

HAPPY B'DAY, Pap...

Ruangan ini begitu sunyi, seakan semuanya terlelap bersama semakin larutnya malam ini. Namun mataku masih belum dapat terpejamkan. seakan ada sesuatu yang mendesak keluar dari dadaku. Rasanya benar-benar menyesakkan, seolah aliran udara terhambat masuk ke rongga paru-paru ku. Aku tertegun, mencoba berontak dari rasa sesak ini. Tapi lagi-lagi tak mampu, selain hanya pasrah menerima semua perasaan ini.

Tanggal di kalender yang tergantung di dinding kamarku tertera angka 21. ya, hari ini aku mengingat kembali akan sebuah arti "angka 21" itu. Teringat kembali akan alpanya sosok seorang AYAH dalam hidupku. DIA telah pergi, jauh meninggalkan aku, kini aku berjala bersama kenangannya dan semua yang pernah ditinggalkannya untukku yaitu "CINTA dan KASIH SAYANG".

Tanggal 21 ini, dulu adalah tanggal istimewa untukku. Tanggal dimana aku selalu membuat kejutan kecil untuk seorang AYAH. Tapi, semenjak kepergiannya, tanggal ini hanya menjadi sebuah kenangan. Kenangan akan kehadiran beliau, menjadi orang tua yang sangat ku banggakan, seorang imam yang sangat berperan membentuk diriku kini. Dimana semua yang diberikannya adalah yang sangat berperan penting untuk kehidupanku kini.
Pelajaran dan ilmu yang ditinggalkannya, tak akan terlupakan begitu saja dari hidupku."Ayah... selalu saja engkau mengharuskanku bertanggung jawab akan semua yang akan dan telah ku kerjakan. Apa yang terpenting dalam mengambil keputusan dalam hidupku. Ayah... semua petuah yang kau ucapakan dulu, dengan sedaya upayaku akan ku laksanakan. Tapi kini aku mengecewakanmu, karena bersikap seakan aku tak pernah mencengar semua nasehatmu dulu. Maafkan kini aku tak bertanggung jawab dengan kewajiban-ku. Tapi aku berjanji akan membayar semua itu, dengan berusaha sebaik-baiknya. Menjadikan dirimu -DI SANA- bangga, menyaksikanku di sini. Semoga semua keberhasilan yang ku dapatkan ini, dapat membuatmu di sana behagia."

"SELAMAT ULANG TAHUN, PAPA... semoga di sana kau selalu bahagia di sisi ALLAH SWT .."

Untuk seorang AYAH, GURU, SAHABAT, "R.H SIREGAR (MARASUTAN SIREGAR)"

Monday, January 12, 2009

Akhir-akhir ini, rasanya aku malas sekali untuk melihat berita. Bagaimana tidak, setiap harinya terpampang berita-berita yang 'itu-itu' saja. Kalau tidak mengenai Kriminal,Korupsi, Demo 'ini-itu, Penggusuran, Kenaikan harga minyak, kemiskinan, kelaparan, hingga (yang lagi nge-trand sekarang) mengenai Bursa saham dan krisis ekonomi global. Benar-benar membuat sebuah kejemuan yang kini semakin meningkat. Padahal, sebagai orang yang bergelut di dunia jurnalistik. Seharusnya berita-berita seperti itulah yang sebaiknya ku 'santap'.

Tapi, otakku benar-benar tak dapat menampung semua permasalahan itu. Seolah ingin berteriak, meneriakkan kata "STOP" "HENTIKAN SEMUA ITU". Bisa-bisa aku menjadi gila kalau harus mengikuti satu persatu permasalah yang ada di Negriku yang tengah terseok-seok ini. Ingin rasanya aku menangis, menangisi bumi pertiwiku kini yang tak lagi damai dirasakan. Tapi aku hanya bisa menatap miris melihat kemerosotan-kemerosotan bangsa ini.

Yang semakin membuatku bertambah miris adalah, kemerosotan yang paling mencolok dari negeri ini adalah kemerosotan MORAL-MORAL para bibit unggul negri ini. Moral-moral telah dibuang jauh-jauh dari kehidupan bermasyarakat. Sehingga tak ada lagi rasa menghormati akan pendapat orang lain, semaunya dalam bertindak, dan menganggap dirinya adalah yang paling benar, bukan orang lain.

Mahasiswa. Mereka dipanggil dengan gelar kaum terpelajar, kaum intelektual, yang mengemban ilmu pengetahuan lebih baik. Namun, kekurang moral dari mereka membuat kepintaran dan intelektual yang mereka punya sama sekali tidak berguna. Mereka sama saja dengan sekawanan srigala yang saling memangsa untuk mendapatkan sebuah kekuasaan dan pengakuan dari 'penghuni' negeri ini, pengakuan akan kepintaran mereka, pengakuan akan keberadaan mereka untuk mengawasi gerak-gerik pemerintah. Pengakuan kalau merekalah yang telah berjasa 'memerdekakan' bangsa ini dari Kediktaktoran sang penguasa Orde Baru.

Benar.... tak ada yang salah akan kenyataan itu. Bahwa berkat mahasiswalah bangsa ini dapat merasakan sedikit (amat sedikit) udara kebebasan dan apa yang disebut kemerdekaan. Namun sayang, jasa-jasa yang telah mereka lakukan seolah menjadi sebuah patokan bahwa merekalah yang harus didengar. Akibat dari semua itu, mahasiswa menjadi lupa akan apa yang sebenarnya mereka perjuangkan. Apa yang telah mereka korbankan seolah sia-sia karena kemerdekaan yang mereka elu-elukan harus terwujud hanyalah sebuah fatamorgana belaka. Kemerdekaan yang mereka ciptakan hanyalah sebuah batu loncatan untuk kemunduran negara ini.

Mengapa aku berkata demikian?? BUkan berarti aku sentimen dengan mahasiswa, bukan. Aku sendiri adalah seorang mahasiswi, jadi tak mungkin rasanya aku tak merasa bangga akan apa yang telah dan pernah diperjuangkan oleh 'kaun' seperti ku. Namuns ekali lagi ku tegaskan, semua yang kini diperjuangkan oleh mahasiswa hanyalah sebuah mimpi-mimpi tanpa sebuah bukti konkret untuk mewujudkannya. Seolah hanya berkoar-koar tanpa mau ikut serta dalam menciptakan kemerdekaan yang hakiki itu.

Daaaannnn kini.. lihatlah, bukan sebuah pemandangan yang aneh kalau mahasiswa tawuran dengan sesama rekan atau "kaum"nya yang dulu sama-sama berteriak akan kemerdekaan negri ini. Mahasiswa malah menjadi biang yang menciptakan ketidak nyamanan dan ketidak-merdekaan pada masyarakat negri ini. Yang amat menggelikan, tawuran itu terjadi akibat masalah yang amat sepele. Masalah yang tak seharusnya menjadikan kaum-kaum terpelajar itu bak suku bar-bar yang tidak bermoral dan berIlmu. Sunggung amat memilukan, ketika bangsa ini kelak akan dipimpin oleh mereka-mereka yang tak pernah Berfikir menggunakan AKAL-nya sebelum bertidak.

Aku berkata seperti ini, sekali lagi bukan karena aku sentimen kepada sesama rekanku, para mahasiswa. AKu hanya sedih melihat kalian,teman. Menjadi sangat tak beraturan, merugikan banyak orang,tak hanya pihak universitas, bahkan warga yang mempunyai hak untuk mendapatkan ketenangan di negeri ini.

INGAT, bukan hakMu untuk merusak hak orang lain, apa lagi hak itu menyangkut nyawa dan kehidupan orang banyak, khususnya di negri ini.

Maka sudah sepantasnyalah kita kembali pada arti perjuangan itu. Dan mengerti akan apa yang kita perjuangkan. Bukan hanya sekedar menuntuk agar negeri ini semakin membaik, tetapi bersama-sama mencari jalan agar negri ini semakin berjaya. Karena seperti pribahasa yang sering kita dengar saan sekolah dulu "seikat lidi lebih baik dari pada sebatang lidi saja." Karena dengan semakin banyak lidi itu akan memudahkan kita untuk membersihkan kotoran, sampah ataupun gangguan yang ada di hadapan kita.


GO FREEDOM.. MERDEKAAAAAAAAAAAAAAAA !!!!!!!!!!

TETAP TAK MAMPU BERUBAH

Bandung, Januari 2009

Awal tahun... hem, rasanya tak ada yang istimewa yang ku lalui di tahun kemarin, pun di tahun ini. Dimana semua orang merencanakan ataupun memproklamirkan resolusi dirinya di tahun ini, tidak demikian dengan diriku. Semua berjalan seperti biasanya, lambat, bahkan sangat lamban. Aku tak mampu berkejaran dengan waktu yang semakin meninggalkanku dalam lubang keterpurukan diri yang ku gali sendiri. Aku tetap tak mau keluar dari lubang yang semakin dalam ini.

Lelah rasanya menunggu sepasang tangan yang terulur untuk menolongku keluar dari lubang ini. Semakin aku berharap, rasanya semakin sia-sia asa yang ku pupuk setiap harinya. Semakin tak kunjung tiba sebuah keajaiban itu. Dan aku semakin merasa lelah, bahkan hanya untuk menggerakkan kakiku agar merangkak naik melewati dasar lubang ini. Rasanya entah sudah berapa masa yang ku lewati untuk tetap berdiam di dalam lubang duka dan dilema hasil ciptaanku sendiri. Lubang yang kuharapkan dapat lebih mengenali diriku sendiri yang berteman dengan semua duka ini. Namun aku jadi semakin larut menikmati ketidakberdayaan ini. Aku semakin dimanjakan oleh rasa sakit dan penat ini, hingga tak adalagi tenaga yang tersisa untuk melawan semua kemalasan dan kepenatan ini. Mencoba pasrah, tapi rasanya lebih tepat kalau disebut menyerah sebelum berperang mati-matian.

Tahun terus berganti, musim pun sudah beberapa kali ku lewati, namun aku masih tetap terpaku di sini. Tak ada sedikitpun rencana apalagi deklarasi resolusi untuk memperbaiki diri. semua kuserahkan pada waktu, angin, dan matahari, yang mungkin masih berkenan menemani ketidak pastianku ini. Orang-orang pun semakin berlari, tapi aku hanya tetap menatapi jejak-jejak langkah yang mereka tinggalkan tadi. Menciumi harum semangat yang berkobar-kobar, tanpa sedikitpun menghinggapi rongga paru-paru agar sedikit mempengaruhi kecepatan langkah kakiku. Tetap hanya terpaku.

Lelah, sekalilagi benar-benar lelah. Menanti diri ini berubah dan benar-benar terobati. Menanti sepasang tangan yang akan terulur mengangkatku pergi dari lubang "PECUNDANG" ini. Aku masih menanti, mungkin untuk waktu yang akan lama, sampai aku sendiri benar-benar dapat menyadari kalau "HIDUP HANYA HARI INI, BUKAN BESOK ATAU NANTI".

"UNTUK SEBUAH ASA TANPA TITIK NADIR dalam JIWA HAMPA PENUH DOSA"